SEPULUH KALI LIPAT BALASAN BAGI PELAKU KEBAIKAN

SEPULUH KALI LIPAT BALASAN BAGI PELAKU KEBAIKAN


Oleh : Umi Rizkyi

Setiap manusia memiliki hak untuk melakukan segala sesuatu. Baik takwa maupun dusta. Baik yang mendatangkan pahala maupun yang mendatangkan murka Allah dan dosa. Semua pilihan ada pada diri orang itu sendiri.

Manusia beramal, jika didasarkan pada kesadaran diri dan ketundukan taat kepada Allah maka ia tidak akan merasa berat apa lagi terpaksa. Semua ia lakukan dengan bahagia, ikhlas, sabar dan penuh ketaatan hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Dengan begitu maka manusia akan berperilaku selayaknya manusia. Dikaruniai akal sebagai penyempurna dari pada makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Ia akan senantiasa akan berusaha melakukan apapun yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Adapun ketaatan kepada Allah misalnya, sholat 5 waktu, taat dan patuh kepada suami, puasa di bulan ramadhan, selalu berdzikir, puasa sunah Senin Kamis, bersedekah dan lain sebagainya.

Adapun perbuatan yang mendatangkan murka dan berbuah dosa antara lain mencuri, dengki, fitnah, sombong, takabur, tidak sholat, tidak mau menyedekahkan hartanya, merampok dan lain sebagainya.

Sebagai makhluk tertinggi di sisi Allah, hendaknya setiap manusia memberikan yang terbaik untuk membawa bekal dalam kehidupan yang kekal dan abadi, yaitu kehidupan di akhirat kelak.

Bisa dengan memanfaatkan waktu yang telah diberi. Menggunakan dengan penuh manfaat, menghindari perbuatan dan perilaku yang sia-sia dalam hidupnya. Selalu berbuat denga prioritas amal.

Sebagai seorang muslim, setidaknya ada lima hukum Syara. Pertama wajib, jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Misalnya sholat lima waktu, jujur, amanah, taat kepada suami, mencintai Allah dan Rasulullah Saw dan lain sebagainya.

Kedua, Sunnah yaitu jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat dosa. contohnya, puasa Senin Kamis, sholat sunah muakad, sholat tahajud dan lain-lain.

Ketiga, mubah yaitu jika dikerjakan tidak mendapat dosa dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Misalnya, bekerja bagi seorang istri, melayani suami dengan terpaksa, bersedekah terang-terangan dan lain sebagainya.

Keempat, makhruh yaitu jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala. Misalnya, berenang ketika puasa di siang hari yang terik, memakan makanan hasil dari temuaan, bersuci dengan air panas yang terkena terik cahaya matahari dan sebagainya.

Kelima haram, yaitu jika dilakukan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala. contohnya riba, fitnah, bohong, kikir, munafik dan lain-lainnya.

Amalan ini mengingatkan kita dengan ayat cinta dari-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
"Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)." (QS. Al-An'am[6]:160.)

Dalam ayat tersebut, telah jelas bahwasanya setiap kebaikan akan dibalas kontan oleh Allah 10x lipat. Waw, luar biasa yaaa!

Satu kebaikan dilipatgandakan oleh Allah 10x lipat. Bisa dibayangkan jika sehari 10 kebaikan saja sudah 100 pahala yang didapatkan. Namun demikian, tak seharusnya kita berleha-leha dalam beramal.

Pernah terbesit dalam diri, sudah banyak melakukan amal kebaikan. Akhirnya berleha-leha dalam beramal. Apakah kita yakin amal kita sudah benar, ikhlas dan sesuai dengan hukum syara atau belum. Sehingga merasa banyak amal dan tak perlu menambah amal lainnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel