MENJADI GOLONGAN ISTIMEWA

MENJADI GOLONGAN ISTIMEWA


Oleh: Dwi Indah Lestari

Sobat, kalau bisa memilih, ingin menjadi orang biasa atau istimewa? Mau menjadi orang kebanyakan ataukah yang tidak biasa? Keduanya pasti punya konsekuensi dan risiko masing-masing ya.

Menjadi orang biasa-biasa saja tak butuh usaha besar. Cukup ikuti saja kebiasaan yang ada. Berpikir seperti orang pada umumnya, berperilaku pun tak beda dengan yang biasa dilakukan kebanyakan orang.

Berbeda dengan golongan orang-orang istimewa. Mereka tidak puas hanya mengikuti metode yang sama yang ditempuh orang lain. Cara berpikir mereka unik. Begitupun dalam menyelesaikan persoalan, selalu mencari terobosan baru yang berbeda dan lebih baik.

Misalnya saja dalam masalah mencari pasangan hidup. Saat ini sepertinya lumrah bila sebelum menikah harus berpacaran terlebih dahulu. Bergandengan tangan, berpelukan bahkan berciuman menjadi hal yang wajar dalam berpacaran. Sebagian besar orang melakukannya. Dan itu adalah hal yang biasa.

Maka ketika ada anak gadis yang tidak pernah terlihat dikunjungi teman laki-lakinya di malam minggu, banyak orang yang melihatnya aneh. Atau saat dia enggan disentuh laki-laki asing meski hanya bersalaman saja, orang akan memandangnya tak biasa.

Ketika masyarakat melihat realitas seseorang menikah tanpa pacaran, bagi mereka itu hal yang aneh. Atau saat seseorang mengadakan walimah dengan menerapkan pemisahan antara tamu laki-laki dan perempuan, kebanyakan orang menganggap hal yang tidak lumrah.

Seperti itulah contoh golongan istimewa. Atau kita bisa sebut sebagai golongan yang asing di antara manusia. Biasanya golongan istimewa jumlahnya tidak banyak alias sedikit. Dan kita hanya bisa memilih satu saja untuk menjadi golongan yang mana. Dan biasanya tidak banyak orang yang mau menjadi istimewa.

Mengapa? Sebab menjadi golongan istimewa dibutuhkan effort (usaha) yang melebihi orang biasa. Coba perhatikan, berapa banyak orang yang mau sholat berjama'ah di masjid misalnya? Pasti masih lebih banyak orang yang memilih sholat di rumah saja. Itulah sebabnya orang-orang yang mau bersusah payah datang ke masjid untuk sholat berjamaah, mereka diberi ganjaran yang berlipat ganda. Mereka istimewa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sholatnya seseorang dengan berjamaah lebih banyak daripada bila sholat sendirian atau sholat di pasarnya dengan dua puluh sekian derajat. Hal itu karena dia berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian mendatangi masjid di mana dia tak melakukannya kecuali untuk sholat dan tidak menginginkannya kecuali dengan niat sholat. Tidaklah dia melangkah dengan satu langkah kecuali ditinggikan baginya derjatnya dan dihapuskan kesalahannya hingga dia masuk masjid... dan malaikat tetap bershalawat kepadanya selama dia berada pada tempat sholatnya seraya berdoa, "Ya Allah berikanlah kasihmu kepadanya, Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah ampunilah dia. Dan dia tetap dianggap masih dalam keadaan sholat selama dia menunggu datangnya waktu sholat"." (HR. Bukhari Muslim).

Meskipun begitu, bisa jadi orang yang sedikit belum tentu baik, namun orang yang baik pasti sedikit. Seperti halnya sedikit orang yang mau beriman, sedikit orang yang selalu bersyukur, juga tidak banyak orang yang mau mengambil pelajaran.

"dan ia (Al-Qur'an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya." (TQS. Al Haqqah [69]: 41).

Bahkan banyak ayat-ayat Al Qur'an yang justru memperingatkan kita untuk berhati-hati kepada kebanyakan manusia. Sebab mereka sering berbuat maksiat kepada Allah Swt.

"dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (TQS. Al Maidah [5]: 49).

Maka orang istimewa itu sedikit. Namun dalam Islam, orang yang istimewa ini adalah mereka yang mau mentaati Allah Swt baik dalam keadaan sunyi maupun terang serta dalam kelapangan maupun kesempitan hidup. Allah memuji dan akan memenangkan mereka atas kebanyakan manusia.

"Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (TQS. Al Baqarah [2]: 249).

Maka, sobat, pastinya kita ingin ya masuk dalam golongan orang-orang yang istimewa. Jika demikian coba kita periksa dua hal ini, yang menjadi pedoman, apakah kita sudah siap menjadi bagian dari mereka.

Pertama, coba cek, apakah cara berpikir dan bertingkah laku kita masih sama dengan orang kebanyakan? Tentu saja dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana cara kita menyelesaikan setiap persoalan. Apakah sudah menggunakan Islam dalam memutuskan setiap perkara? Kalau belum berarti kita belum siap menjadi orang-orang yang istimewa.

Kedua, untuk menjadi istimewa sudah siapkah kita memberikan pengorbanan yang jelas lebih banyak harus dikeluarkan daripada orang kebanyakan? Jika kebanyakan orang tak mempedulikan nasib umat ini yang sedang terpuruk di seluruh aspek kehidupan, maka orang-orang istimewa selalu memusatkan perhatiannya memikirkan penyelesaian persoalan umat.

Dia pun konsisten dalam jalan dakwah sebagaimana yang ditempuh Rasulullah, hingga tercapai tujuannya. Bahkan meskipun jalan itu terjal penuh dengan hambatan dan ancaman ia tak akan mundur dan siap mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa untuk tetap istiqomah menempuhnya. Sobat lihat, orang istimewa harus lebih banyak memberikan "investasi" nya dibandingkan orang biasa yang mungkin hanya akan bersantai menjalani hidup apa adanya dan tidak mengambil pelajaran.

"Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami." (TQS. Yunus [10]: 92)

Jadi sobat, siapkah menjadi orang-orang istimewa? Siapkah menjadi orang-orang yang menerima keberuntungan dari Allah Swt?

Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing” (HR. Muslim)

Bangkalan, 20 Juli 2021 (23.43)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel