MUSLIM TAK LAYAK SOMBONG DAN PUTUS ASA

MUSLIM TAK LAYAK SOMBONG DAN PUTUS ASA


Oleh: Lia Herasusanti

Pengaruh sistem kapitalis yang individual, hedon dan permisif, membentuk masyarakat sakit. Muncullah dua sikap ekstrim yang menjangkiti masyarakat. Jika mereka sedang hidup dalam kesenangan, mereka tak peduli aturan. Inginnya bebas, tak mau diatur. Sementara saat mereka dalam kondisi kekurangan secara materi, tersingkir dalam kancah kehidupan, merasa hidup tak berguna, bunuh diri dianggap layak sebagai pilihan. Mereka melihat hal tersebut adalah jalan pintas melepas beban hidup yang menghimpit.

Dalam surah Al Isra: 83 menerangkan,

وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ ۖ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا
"Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa."

Begitulah tabiat dasar manusia, jika diberi kesenangan, ia cenderung berpaling dari Allah dengan sikap sombong. Sementara jika diberi kesulitan, ia berputus asa.

Namun bagi seorang muslim, seharusnya ia memiliki tabiat yang berbeda. Karena Rasulullah saw telah memberikan tuntunan dalam menjalani kehidupan. Sebagaimana tercantum dalam hadits.

Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan Radhiyallahu anhu ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ لَّهُ لَيْسَ اكَ لِأَحَدٍ لاَّ لِلْمُؤْمِنِ ابَتْهُ اءُ انَ ا لَهُ، ابَتْهُ اءُ انَ ا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Semua urusannya adalah baik, dan yang itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan yang luar biasa, dan itu suatu penghargaan bagi mereka. Dan jika ia mendapat kesempatan, ia sabar dan itu pun suatu kemenangan."

Maka jika ada muslim yang sombong dan mudah putus asa, layakkah ia mengaku sebagai muslim?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel