KENAPA TERSESAT?

KENAPA TERSESAT?


Oleh: Titin
Owner Angkringan Jahe Merah

Tersesat sebab keluar dari petunjuk kebenaran. Kriteria benar yang shahih itu hanya berasal dari petunjuk Allah Yang Maha Benar. Kalau tidak, hidupnya menjadi tersesat, tercela, tersiksa itulah akhirnya mereka menjadi penyandang dengan titel yang mengerikan.

Jujur, sekalipun ia berada pada hidup berkelas dewa. Entah dari kekayaannya, karena pangkat kuasanya, kepandaiannya, kekuatannya dan segudang kesombongannya yang lain. Sayang, pada akhirnya mereka menjadi orang yang tersesat di atas kondisi segala kebaikan yang diperolehnya dengan caranya sendiri itu. Padahal ini adalah istidraj karena berebut “aku”, “aku lah ‘Sang’” Sebenarnya, ini adalah mata rantai dan belenggu hidup yang menggelisahkan dan bisa membuat putus asa. Tapi kenapa malah terasa nyaman berada di lingkupnya. Aneh yang ditutupi kan?

Kita buka kenapa tersesat?

Mari kita perhatikan ayat berikut:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum setelah mereka diberi-Nya petunjuk sehingga dapat dijelaskan kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. At-Taubah : 115)

Nah sungguh tersesat bila hidup tidak berada dalam petunjuk-Nya. Dan sungguh ayat ini menegaskan petunjuk bagi semua orang yang berada di muka bumi ini agar mereka tidak tersesat, karena itu Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk, memberikan petunjuk kepada kita. Tinggal bagaimana akal cerdas kita berpikir cemerlang untuk mengambil atau mencampakkannya dan berani masuk ke gerbang kesesatan nyata. (Kalau kita mau mencari alamat saja ikuti “mbak maps?” ini, bagaimana dengan kehidupan?)

Maka perlu direnungkan mendalam agar tidak tersesat itu. Sebenarnya nilai tentang sesat itu jauh dari segala pangkat/Tahta dan kuasanya, kaya dan berliannya dunia. Tapi lebih mengkaitkan takut murkanya kelak di hari penghisaban, oleh karena tidak mau mengambil petunjuk-Nya, berarti ia memilih mengambil jalan sesat di akhirat. Dan memilih nilai tinggi itu di ukur dari tingkat prestasi akademisi duniawi. Pikirannya hanya sampai di dunia saja. Mereka melihat embah-embahnya, mati tidak membawa apa-apa. Cerdas dunianya tidak takut kepada bertanggung jawaban akal di hadapan Ilahi nanti. Berbeda dengan kaum yang berakal cemerlang. Mereka selalu mengkaitkan dengan hidup abadi setelah mati karena itu ia harus mengikuti petunjuk syar’i.

Mereka yang memilih sesat, ini pilihannya, pintar dunia tapi dungu akhirat, dan akhirnya sekarat lanjut ke tersesat. Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan, apabila suatu kaum telah benar-benar diberi petunjuk dan dilapangkan dada mereka untuk menerima ajaran Islam, maka dia bukanlah orang yang tersesat.

Karena mereka memahami ajaran Islam, menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebab mereka paham, Allah telah menjelaskan masalah-masalah yang penting dalam agama berikut penjelasannya yang sangat pasti dalam firmannya. Sehingga kaum muslimin akan memperoleh kebenaran di atas ijtihad mereka bukan tergoda dan mengedepankan hawa nafsunya.

Memetik dari kisah nabi Ibrahim pada ayat ini yang memohon ampun ayahnya karena belum mendapat keterangan yang jelas. Juga Allah tidak akan menimpakan hukuman kepada Nabi SAW untuk ibu bapak dan kaum kerabat mereka yang mati dalam kekafiran karena belum mendapat keterangan yang jelas mengenai ketentuan Allah dalam masalah itu.

Nah, bedanya sekarang semua petunjuk diterangkan dengan jelas dan gamblang “Life Mapping” itu. Dengan diturunkannya Al-Qur’an di dampingi hadits, qiyas dan Isma’ sebagai petunjuk jalan hidupnya eh malah memilih Googling sendiri, padahal sering terjadi error sinyalnya. Mungkin kah bisa tersesat jalannya? Pasti!

Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Wallahu a’lam~

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel