
DAKWAH DITOLAK, WAJAR. TETAP SEMANGAT
Minggu, 12 Juni 2022
Edit

Oleh: Sri Purwanti
Rasulullah, sosok yang maksum. Terjaga dari keburukan. Luhur budinya, sopan pekertinya, terpercaya dalam menyampaikan amanah, cerdas, benar perkataannya.
Bahkan, ketika belum diutus sebagai nabi dan rasul beliau mendapatkan gelar al-amin dari kaumnya. Ya karena kejujurannya. Masyaallah.
Namun, hal berbeda terjadi pada beliau tatkala wahyu pertama tersampaikan padanya.
Apalagi saat beliau mulai gencar menyampaikan keindahan Islam pada kaumnya. Ketika Al-Qur'an makin sering diperdengarkan.
Kaum kafir quraisy yang mulanya menganggap Islam hanya sebatas agama biasa yang tak akan bertahan lama. Seketika bergejolak. Melihat Nabi Muhammad mulai bertambah pengikutnya. Juga melihat kian ramai kaumnya yang terpesona akan indahnya Al-Qur'an.
Berbagai macam hal dilakukan untuk menghentikan Rasulullah.
Gelar al-amin yang disematkan langsung pada beliau, begitu saja menguap tak lagi berjejak. Di hadapan kaum yang jadi penentangnya.
Diganti dengan gelar al-khazab. Sang Pendusta.
Lebih dari itu, Rasulullah dikatakan gila, tukang sihir, bahkan berbahaya, karena bisa memisahkan orang tua dari anaknya. Ikatan yang harusnya tak akan pernah terputus.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Qur'an Surah Al Ahqaf ayat 7,
وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهُمْۙ هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌۗ
Dan apabila mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas, orang-orang yang kafir berkata ketika kebenaran itu datang kepada mereka, “Ini adalah sihir yang nyata.”
Ayat ini memaparkan bagaimana respon kaum kafir saat mendengarkan kalamullah.
Begitulah mereka yang menutup diri dari kebenaran. Berusaha melakukan tipu daya agar tidak terusik segala kepentingan mereka.
Itu yang menyampaikan rasulullah lho. Sang Al-Amin saja ada yang menolak. Namun beliau tak pernah berhenti dari aktivitasnya yang mulia.
Nah kalau saat ini, kita yang menyampaikan. Kemudian ditolak. Ya wajar saja. Wong kita mah apa atuh kalau dibandingkan Rasulullah.
Tapi ya tetap harus mencontoh Rasulullah yang tak pernah hentikan langkahnya dalam berdakwah. Bukankah kita ingin dikenali sebagai umatnya yang meneladaninya? Bukankah kita mengharap syafaatnya?
Jadi, tetap semangat ya sahabat. Tolong cubitin aku, kalau sekiranya mulai melempem. Hilang dari peredaran. Ajak aku terus bersama sahabat untuk kian dekat dan cinta pada ayat cinta-Nya. Juga senantiasa semangat berjuang menegakkan syariat.