
KHOLIFAH "PENGUASA" ATAUKAH SEKEDAR PENGGANTI?
Jumat, 11 Maret 2022
Edit

Penulis: Alfi Ummuarifah
Beredar opini yang menyeruak di jagad medsos. Seorang ustadz yang membahas bahwa Kholifah itu adalah pengganti. Betul, kholifah itu berasal dari kata kholafa... kholifah.
Secara ilmu Sharafnya kata itu bermakna pengganti yaitu pengganti Nabi. Namun secara istilah kata "Kholifah" itu bermakna seorang pemimpin atau penguasa.
Penguasa yang menjalankan dan menerapkan aturan Allah (hukum syariat Islam) untuk seluruh dunia.
Setidaknya begitulah yang disampaikan defenisinya dari para mujtahid yang lurus. Banyak defenisi yang termuat dalam kitab ulama salaf dan ulama kholaf. Sebab defenisi sekalipun kita harus merujuk pada pendapat ulama. Siapalah kita ini. Kita belum berstatus apa-apa. Jauh dari menguasai dalil dan tsaqofah islam.
Namun pernyataan seorang ustadz A yang menyebut bahwa Kholifah itu adalah pengganti Nabi saja dan itu jumlahnya hanya lima. Setelah itu hanyalah dinasti saja sungguh sangat keliru. Kita tidak boleh lupa hadis Nabi tentang para Nabi yang mereka itu penguasa, lalu mereka digantikan Nabi yang lain saat wafat, sampai masa Rasulullah Muhammad SAW.
Setelah itu hadisnya bersambung dengan para "Kholifah yang jumlahnya banyak". Maksudnya tidak lain adalah bahwa masyarakat diatur urusannya sejak dulu hingga dunia berakhir oleh para Nabi lalu para kholifah. Bukan oleh raja atau sebutan lain yang apalagi dia berhukum pada hukum buatan manusia.
Bukan, namun semata-mata yang Allah maksud dan inginkan adalah berhukum padaNya. Hukum buatannya. Berasal dari Al-quran dan Assunnah. Mari kita lihat hadisnya. Hadis yang tak bisa ditolak siapapun atas argumen yang jelas ini.
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «كانت بنو إسرائيل تَسُوسُهُمُ، الأنبياء، كلما هلك نبي خَلَفَهُ نبي، وإنه لا نبي بعدي، وسيكون بعدي خلفاء فيكثرون»، قالوا: يا رسول الله، فما تأمرنا؟ قال: «أوفوا ببيعة الأول فالأول، ثم أعطوهم حقهم، واسألوا الله الذي لكم، فإنَّ الله سائلهم عما اسْتَرْعَاهُم».
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- “Dahulu Bani Isra’il dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia akan digantikan oleh nabi (lain). Namun sungguh tidak ada nabi lagi sesudahku, dan sepeninggalku akan ada para khalifah lalu jumlah mereka akan banyak.” (Para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu apa yang engkau perintahkan untuk kami?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah baiat kepada (khalifah) yang pertama kemudian kepada yang berikutnya, lalu penuhilah hak mereka, dan mintalah kepada Allah apa yang menjadi hak kalian, karena sesungguhnya Allah akan menanyai mereka tentang apa yang mereka pimpin.”
Dahulu Bani Isra’il dipimpin oleh para Nabi, seperti yang dilakukan oleh para pemimpin dan kepala negara terhadap rakyatnya. Setiap kali seorang Nabi meninggal dunia, maka akan datang seorang Nabi sepeninggalnya.
Namun tidak ada Nabi lagi sesudahku, (kata Rasulullah), dan akan ada banyak khalifah yang memimpin manusia. Maka para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- bertanya, “Jika sepeninggalmu akan banyak khalifah, lalu terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, maka apa perintahmu untuk kami lakukan?” (Beliau berpesan agar) “kalian memenuhi baiat (khalifah) yang pertama, dan tunaikanlah hak mereka meskipun mereka tidak memberikan hak kalian; karena Allah pasti akan menanyai mereka tentang hak kalian, dan akan memberikan balasan untuk kalian atas hak kalian yang seharusnya mereka penuhi”.
Lalu, jika dahulu bani israil seperti itu maka kini, seluruh ummat selayaknya ada di bawah seorang pemimpin yang menerapkan hukum Allah. Bukan hukum yang lain.
QS. Al-An’am ayat 129 menjelaskan itu. Bahwa penguasa yang zalim berupaya membelokkan apa yang sebenarnya tentang sebuah kebenaran.
وَكَذٰلِكَ نُوَلِّىۡ بَعۡضَ الظّٰلِمِيۡنَ بَعۡضًاۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zhalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, karena seseorang akan mencari teman sesama yang sejiwa dan seirama dalam hidup, atau orang yang zalim akan dikuasai oleh pelaku kezaliman lainnya. Sesuai dengan apa yang mereka kerjakan yaitu kekafiran dan kemaksiatan.
Pada ayat ini ditegaskan bahwa hidup berkelompok antara orang yang sama tujuan, cita-cita dan kepentingannya terutama dalam hal yang jahat dan menyesatkan telah menjadi kebiasaan dari sebagian makhluk hidup, tidak ada bedanya antara jin dan manusia.
Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai peristiwa dalam sejarah sejak zaman dahulu kala sampai sekarang ini. Betapa banyak Nabi dan Rasul pembawa kebenaran, penyeru kepada akidah tauhid, mendapat tantangan yang hebat dari para penentangnya.
Betapa banyak bangsa-bangsa yang merasa dirinya kuat dan perkasa dengan terang-terangan merampas hak bangsa-bangsa yang lemah tanpa memperdulikan rasa keadilan dan perikemanusiaan.
Tetapi bangsa yang tertindas dan terjajah itu tidak tinggal diam, mereka berjuang dengan berbagai cara untuk merebut kembali kemerdekaannya. Memang telah menjadi sunatullah bahwa kebenaran pasti menang selama kebenaran itu tetap dibela dan diperjuangkan.
Wallahu A'lam bisshowaab.