ARISAN

ARISAN


Oleh: Muslihah

Bu Atik merasa bingung dan ragu, harus menyiapkan apa besok saat arisan di rumahnya. Sebelumnya arisan di rumah Bu Haji Jubaedah hidangannya enak-enak, ada teraang bulan, martabak, brownis, puding dan buah-buahan mahal, anggur merah, kelengkeng dan jeruk Siam yang manis. Belum lagi saat pulang dibawakan berkat nasi lauk ayam panggang.

"Aku harus bagaimana? Kalau meniru Bu Haji suudah pasti tekor. Sedangkan jika ala kadarnya, jangan-jangan di-ghibah sama para tetangga. Tahukan seberapa pedas mulut mereka? Jadi menurut jenengan saya harus bagaimana, Bu?" keluh Bu Atik kepada Bu Ani tetangga sekaligus sahabat.

"Ya, jangan meniru Bu Haji Jubaedah, Bu Atik! Secara ekonomi juga berbeda. Jika jenengan mengikuti kata orang tidak akan ada habisnya," ucap Bu Ani sambil mengunyah pisang goreng yang dihidangkan di depannya.

Sore itu Bu Atik sedang main ke rumah Bu Ani dengan membawa sepiring pisang goreng. Beliau sengaja menggoreng pisang agak banyak, sengaja untuk dibawanya ke rumah Bu Ani, agar bisa mengobrol mencari solusi dari kegundahan hatinya.

"Aku kawatir jangan-jangan diulang begini begitu. Sebab aku pernah dengar secara langsung saat pulang arisan, Bu Ari berkata donat gak enak kok disuguhkan. Nanti kalau aku dirasani bagaimana?"

"Kalau kita mengikuti kata orang, kita tidak akan bisa tenang, sebab semuanya akan serba salah. Memberikan hidangan yang sederhana dibilang tidak menghargai, tetapi jika mau memberi hidangan mewah, kita tidak mampu. Dan jika kita memaksakan diri, kita jadi tidak ikhlas. Kalau tidak ikhlas tidak akan dapat pahala. Sudahlah jangan ambil pusing dengan apa kata mereka! Kita menghidangkan makanan kan sebagai penghormatan kepada tamu yang datang ke rumah, ini salah satu perintah Rasulullah. Baidewe pisang goreng ini enak. Besok saat arisan bikin pisang goreng semacam ini saja. Tambah kacang rebus, pisang rebus, jagung rebus, tahu goreng dan bakwan. Jangan lupa sambel petis yang mantap. Ibu-ibu paling suka makan gorengan dicocol ke sambal petis." Bu Ani melanjutkan kalimatnya dengan berapi-api.

Tibalah hari arisan. Bu Atik benar-benar mengikuti saran Bu Ani. Beliau menghidangkan hidangan sederhana dengan hati was-was. Ada banyak ibu-ibu yang datang. Termasuk Bu Haji Jubaedah, Bu RT tidak pernah ketinggalan, sebab beliau sebagai ketua PKK. Bu Ani dengan senang hati membantu Bu Atik mengeluarkan hidangan.

"Wah, ini hidangan sehat, nih," ucap Bu Bidan desa yang satu RT dengan mereka sambil mencomot sepotong pisang rebus.

"Iya, benar, Bu Bidan. Ini non kolesterol," celetuk Bu Tati yang selalu menjaga penampilan tubuhnya.

"Ini favoritku." Bu Wanda yang biasanya cerewet tidak berkomentar tehadap hidangan di depannya. Beliau menikmati pisang goreng bertabur meses coklat.

"Wah, Bu Atik ini pinter, ada bakwan sama sambel petis. Maknyus." Seseorang berkomentar positif. Arisan pun digelar dengan lancar dan penuh tawa canda ceria, tanpa ada celaan terhadap hidangan yang disediakan.

Usai arisan Bu Atik merasa lega. Apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Benar kata Bu Ani, jika mengikuti apa kata orang tidak akan pernah ada habisnya. Ia mengucapkan terima kasih berulangkali kepada Bu Ani yang telah membantu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ نْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَ رْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِ نْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ
"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan." (QS. Al-An'am 6: Ayat 116)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel