JANGAN MENUHANKAN NAFSU

JANGAN MENUHANKAN NAFSU


Oleh: Riza Mulyani

Alkisah yang bersumber dari Al-Qur'an terdapat dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan, Allah Swt mensyariatkan kepada Adam as untuk me­ngawinkan anak-anak lelakinya dengan anak-anak perempuannya karena keadaan darurat.

Ibunda Siti Hawa setiap kali mengandung, melahirkan dua orang anak yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Adam as mengawinkan anak perempuannya dengan anak laki-laki yang lahir bukan dari satu perut dengannya. Konon saudara seperut Habil tidak cantik, sedangkan saudara seperut Qabil cantik lagi bercahaya. Maka Qabil bermaksud merebutnya dari tangan saudaranya.

Tetapi Adam menolak hal itu kecuali jika keduanya melakukan suatu kurban. Barang siapa yang kurbannya diterima, maka saudara perempuan seperut Qabil akan dikawinkan dengannya.

Ter­nyata kurban Habillah yang diterima, sedangkan kurban Qabil tidak diterima, sehingga terjadilah kisah keduanya yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam Kitab-Nya:

فَطَوَّعَتْ لَهٗ نَفْسُهٗ قَتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَصْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Artinya: Maka hawa nafsu Qabil mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (bener-bener) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang merugi. (QS. Al Maidah:30)

Ayat diatas seharusnya menjadi pelajaran dan peringatan yang sangat berharga bagi kita umat manusia adalah harus mampu mengendalikan nafsu. Karna nafsu jika tidak mampu dikendalikan maka akan menghantarkan kepada keburukan.

Didalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah menunjukkan keburukan akibat hawa nafsu yang mendorong kejahatan, kedengkian, dan kezaliman. Lebih lanjut, tafsir Ibnu Katsir memberikan pengertian bahwa pembunuhan tersebut tidak ditujukan untuk memperebutkan seorang wanita, melainkan bentuk nafsu kemarahan dan kedengkian Qabil terhadap kurban Habil yang diterima, sementara miliknya tidak.

Pelajaran yang sangat berharga dari kisah Qabil di atas adalah jangan jadikan "Nafsu" sebagai solusi.

Allah menganugerahi manusia hawa nafsu, ketika ingin menjadi baik, bukan menghilangkan hawa nafsu tersebut, melainkan mengendalikannya.

Karena ketika hawa nafsu telah menjadi panglima diri kita... Ketika kelalaian telah menjadi kendaraan kita... Disaat itu hawa nafsu akan menguasai diri kita...

Ketika hawa nafsu telah menjadi panglima diri... Kita tidak bisa menjamin diri bahwa kita mati di atas kebaikan... Kita tidak bisa menjamin diri... Bahwa kita akan terus menerus sholih...

Akan tetapi harus ada upaya melawannya, selain lantunan doa agar kita mati di atas keimanan.

Barang siapa yang yang mengikuti hawa nafsu dan menuhankannya, Allah akan membiarkannya sesat. Seperti dalam surat al-jasiyah ayat 23 dibawah:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"

Selayaknya kita sebagai muslim harus berjuang melawan hawa nafsu, dituntut ekstra hati-hati dan waspada secara terus-menerus, supaya jangan tertipu (ghurur).

Siapa saja yang mampu menguasai dan mengendalikan hawa nafsu, dia adalah orang yang mendapat rahmat Allah, sehingga terjaga dan terpelihara dari dosa-dosa dan maksiat.

Salah satu upaya melawan hawa nafsu, yaitu memilih suatu jalan yang menyusahkan daripada yang menyenangkan. Alasannya, kebaikan pada umumnya menuntut kerja keras dan pengorbanan, sehingga terkesan menyusahkan. Sementara hawa nafsu mengajak kepada sesuatu yang serba asik-asik dan menyenangkan. Seperti sabda Rasulullah Saw:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Surga itu diliputi dengan hal2 yang tidak menyenangkan, dan neraka itu diliputi hal2 yang menyenangkan." (HR. Muslim IV/2174 no.2822, At-Tirmidzi IV/693 no.2559, dan Ahmad III/284 no.14062)

Wallahu a'lam bish showab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel