PERBAIKAN YANG TERTUNDA

PERBAIKAN YANG TERTUNDA


Oleh: Umi Rizkyi

Manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Dengan artian bahwa manusia senantiasa taat dan patuh terhadap segala macam perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Baik dalam kehidupan individu, kelompok bahkan berbangsa dan bernegara. Dalam Islam semua ada aturannya. Kehidupan individu misalnya solat, zakat, puasa, sedekah, menolong anak yatim dan lain sebagainya.

Kehidupan kelompok misalnya jamaah pengajian, hidup bertetangga, menolong orang yang membutuhkan, saling menyayangi, menghormati antara manusia satu dengan yang lainnya. Baik satu kelompok maupun beda kelompok.

Kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Islam, negara dipimpin oleh seorang Kholifah. Di mana seorang Kholifah senantiasa menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Namun demikian, tak seluruh manusia di dunia ini senantiasa taat dan patuh terhadap-Nya. Ada sebagian orang yang hanya mementingkan kepentingan sendiri dan hanya berdasarkan asas manfaat/materi saja.

Dengan kata lain, ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan manfaat/materi yang ia inginkan. Tanpa mengenal halal atau haram menurut agama. Apakah menaati perintah-Nya atau justru melakukan larangan-Nya. Baik berbuat kebaikan atau justru berbuat kerusakan.

Namun demikian, banyak di antara pelakunya itu tiada sedikit pun yang menyadari akan apa yang dilakukannya. Apakah akan membawa keburukan atau kebaikan. Hal ini juga persis dengan firman Allah SWT.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”" (QS. Al-Baqarah[2]:11).

Dalam ayat tersebut telah jelas, bahwa pelaku kerusakan di dunia ini tanpa ia menyadarinya Justru ia merasakan bahwa dirinya berbuat kebaikan. Dengan apa yang ia lakukan itu akan terjadilah perubahan. Dari yang buruk menjadi baik. Namun faktanya berbanding terbalik.

Misalnya, telah terjadi perombakan pedesaan nan asri, kemudian dibangun berbagai bangunan (gedung pencakar langit, mol, pasar, tol, instalasi-instalasi swasta lainnya dan lain sebagainya.

Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa mereka telah merubah suasana desa menjadi kota. Dengan adanya banyak gedung pencakar langit, pasar-pasar semakin banyak, lebih mudah akses mau bepergian ke luar kota degan memanfaatkan jalan tol dan sebagainya. Walahualam~

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel