MEMBANTU KERABAT ADALAH PERINTAH-NYA

MEMBANTU KERABAT ADALAH PERINTAH-NYA


Oleh: Umi Rizkyi

Manusia hidup salah satunya sebagai makhluk sosial. Di mana ia tak bisa hidup sendirian. Harus ada teman, kerabat, orang lain dalam kehidupannya. Dengan demikian maka ia akan mampu menjalani hidup dengan sempurna. Tidak merasa sendiri dan dalam keadaan kesulitan akan ada yang selalu memotivasi dan menemani.

Kerabat ialah salah satu pertemanan/persahabatan yang begitu dekat antara satu dengan yang lainnya. Selalu bisa merasakan apa yang dirasakan kerabatnya. Senang, sedih, bahagia, duka dan kehilangan jikalau ditinggalkan antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu di antaranya telah dipanggil pulang terlebih dahulu oleh Allah.

Walaupun mata tidak bisa memandang lagi, tangan tidak lagi mampu berjabat, raga tak lagi saling memeluk namun doa terindah akan selalu mengalir dan menemaninya. Senantiasa merasa bahwa ia masih bersama sahabatnya, hingga kelak di akhirat pun ingin tetap bersahabat dengannya.

Sebagai kerabat sudah seharusnya saling membantu. Misal, jika ada kerabat yang membutuhkan pertolongan ia segera menolong. Ada yang membutuhkan pinjaman uang untuk berobat keluarganya, ia segera membantu meringankan bebannya. Ketika ada kerabat yang belum punya tempat tinggal, selalu memotivasi dan memberi dukungan agar tetap bersabar dan berusaha agar bisa segera punya rumah.

Begitulah kerabat, selalu ada ketika dibutuhkan. Dan selalu ada ketika ada yang memerlukan uluran tangannya. Kerabat tak akan meninggalkan kala sedih dan menemani ketika suka saja. Namun selalu ada di setiap suasana. Berusaha memberi manfaat dan bermanfaat untuk orang lain.

Apapun posisi seorang kerabat, ia akan senantiasa digandeng, dipeluk, dirangkul dan selalu didukung akan segala hal. Baik dalam kebutuhan hidup, usaha, semangat menjalani hidup, saling menyayangi dan semacamnya.

Dalam ayat cinta-Nya terdapat hal yang istimewa terkait kerabat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl[16]:90).

Telah jelas dalam ayat tersebut, bahwa hendaknya seorang kerabat haruslah senantiasa bisa membantu dan menolong antara satu dengan yang lainnya.

Namun demikian, tidak sedikit ada orang-orang yang seolah-olah ia mampu hidup seorang diri. Yaitu kaum individualisme. Di mana ia, serasa bisa melakukan segalanya sendiri. Tak membutuhkan orang lain. Tak peduli dengan yang lainnya. Dan tak mau tahu apa yang menimpa orang lain. Asal dirinya aman, tenang, segalanya tercukupi dan tidak membutuhkan orang lain lagi.

Namun demikian, hal tersebut tak akan bisa bertahan. Apalagi ketika saat ini pandemi merajalela dan memberangus siapa saja yang ia kehendaki. Tidak melihat usia, kapan dan di mana. Semua bisa menjadi korban keganasannya.

Sehingga sikap individualisme itu tak akan mampu bisa dipertahankan. Mau tidak mau ia pasti membutuhkan orang lain. Baik sekedar membelikan obat, mengantarkan ke pelayanan kesehatan, memberi makanan atau bahan pokok untuk di masak hari itu, atau sekedar memberi informasi kepada sanak keluarganya bahwa ia sekarang lagi sakit dan lain sebagainya.

Inilah arti sesungguhnya kerabat. Antara kerabat satu dengan yang lainnya diperintahkan untuk saling membantu, ketika membutuhkan. Dan senantiasa ada ketika kerabatnya membutuhkan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel