
MEMBERSIHKAN DOSA
Rabu, 20 April 2022
Edit

Oleh: Yati Azim
Bulan suci Ramadhan setan dibelenggu. Ia tak bisa mengganggu manusia. Jika ada manusia yang cenderung melakukan perbuatan yang menyelisihi jangan salahkan setan ya. Sebab, kasihan juga setan kok ya disalahkan terus.
Patut kita introspeksi diri, bahwa bulan Ramadhan inilah saat-saat yang tepat untuk kita mengenali siapa kita sesungguhnya. Apa yang melatarbelakangi kok di bulan ini kita masih marah-marah, masih menggosip, masih rakus, masih bohong dan masih banyak lagi hal-hal yang menyelisihi dari tuntutan syariat.
Jika saja hal itu terus-menerus terjadi, maka fokuslah untuk mengelola hawa nafsu. Kemungkinan besar maksiat yang terjadi akibat hawa nafsu yang belum terkontrol syariat. Hawa nafsu inilah yang acap kali membuat manusia merasa kalah. Membuat manusia sengsara sendiri.
Jadi musuh terbesar kita di bulan ini adalah nafsu sendiri. Padahal tidak dikatakan sempurna iman suatu hamba, sampai hawa nafsu tunduk pada syariat.
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa" (HR al-Hakim, al-Khathib, Ibn Abi ‘Ashim dan al-Hasan bin Sufyan).
Bulan suci akan mencetak manusia kembali kepada fitrah. Inilah bukti kasih sayang Allah SWT pada hamba-Nya. Siapa yang mau berproses maka ia akan mendapatkan hasilnya. Ia akan menuai pahala yang membuatnya mulia. Ia akan menjadi bersih bagaimana bayi yang baru lahir.
Mengontrol hawa nafsu di bulan ini tak sekedar menahan lapar dan haus, tapi menahan emosi, menahan dari marah, menahan dari maksiat. Jika tidak, maka ia hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Artinya, dosa pun mengiringinya. Inilah kerugian yang besar. Padahal hanya bulan ini waktu yang terbaik untuk manusia membersihkan diri dari dosa yang mungkin pernah ada dilakukan sedari baligh.
Ini yang katanya, setan itu sekarang sangat santai. Ia tak perlu lagi sibuk menggoda manusia sebab tanpa digodapun manusia sudah cenderung menyelisihi syariat. Padahal di bulan Ramadhan kan ya? Kita bisa saksikan ada banyak manusia yang memaki, pacaran, selingkuh, bertengkar, dll.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (TQS. An-Nur: 21).