ALLAH TIDAK MEMAKSA MANUSIA UNTUK BERIMAN KEPADA-NYA

ALLAH TIDAK MEMAKSA MANUSIA UNTUK BERIMAN KEPADA-NYA


Penulis: Mutiara Aini

Islam merupakan agama perdamaian, yang senantiasa mengajarkan pentingnya arti bersatu dan bukan berseteru. Bahkan Islam pun mengharuskan umatnya untuk selalu berusaha mengedepankan persatuan bukan perpecahan.

Maka dalam Islam tidak dibenarkan adanya paksaan untuk menganut agama Islam. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan kepada manusia tentang agama Allah dengan cara yang baik dan bijaksana, serta dengan nasihat-nasihat yang wajar, sehingga mereka masuk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri.

Namun, apabila kita sudah menyampaikan kepada mereka dengan cara yang demikian, tetapi mereka tetap tidak mau beriman, maka itu bukanlah urusan kita, melainkan urusan Allah.

Sebagaimana firman Allah SWT:

لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
laaa ikrooha fid-diin, qot tabayyanar-rusydu minal-ghoyy, fa may yakfur bith-thooghuuti wa yu`mim billaahi fa qodistamsaka bil-'urwatil-wusqoo langfishooma lahaa, wallohu samii'un 'aliim
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 256)

Dengan datangnya agama Islam, jalan yang benar sudah tampak dengan jelas dan dapat dibedakan dari jalan yang sesat. Maka tidak boleh ada pemaksaan untuk beriman, karena iman adalah keyakinan dalam hati sanubari dan tidak seorang pun dapat memaksa hati seseorang untuk meyakini sesuatu, apabila dia sendiri tidak bersedia.

Ayat ini pun menerangkan bahwa barang siapa yang tidak percaya kepada thagut, atau tidak lagi menyembah patung, atau benda yang lain, melainkan hanya beriman dan menyembah Allah, maka dia telah mendapatkan pegangan yang kokoh, ibarat tali yang kuat, yang tidak akan putus.

Dengan demikian, iman yang sebenarnya adalah iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diiringi dengan perbuatan.

Wallahu àlam bisshowab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel