UTAMAKAN RABBMU

UTAMAKAN RABBMU


Oleh: Murli Ummu Arkan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلٰدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 9)

Namanya juga manusia, yang sifatnya terbatas, serba kurang, butuh orang lain dan kadang penuh pertentangan. Dan lalai pun adalah sifat yang kadang dirasa setiap orang. Kadang tanpa sadar kita lalai dalam tugas/kewajiban karena kesibukan. Akhirnya dengan kelalaian itu kita berharap bisa dimaklumi. Namun, bagaimana jika kita lalai dalam mengingat Allah SWT? Lalai beribadah kepada Allah SWT? Apa harus dimaklumi?

Kebanyakan orang lalai mengingat Allah SWT dikarenakan kesibukan yang dialami terutama dalam hal mengurusi duniawi karena memang hidupnya didunia. Mengurus anak-anak, mengurus rumah, mencari nafkah dan lain sebagainya memanglah menyita waktu yang bisa membuat kita lalai dan lupa kepada Allah SWT.

Maka di dalam ayat Al Munafiquun: 9 Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak lalai. Lalai kepada Allah SWT tidak boleh kita teruskan karena ternyata hal itu bisa menjadikan kita sebagai orang-orang yang merugi.

Lalu apa kita tak boleh sibuk mengurusi duniawi? Mau tidak mau kan kita juga harus ngurusi anak, keluarga, kerjaan, nafkah dll.

Boleh. Mengurusi duniawi memanglah bagian kewajiban kita yang harus kita lakukan saat hidup di dunia. Namun, kita juga harus bisa mengatur porsinya, antara mengurusi duniawi dan ingat kepada Allah SWT.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلْ اِنْ كَا نَ اٰبَآ ؤُكُمْ وَاَ بْنَآ ؤُكُمْ وَاِ خْوَا نُكُمْ وَاَ زْوَا جُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَ اَمْوَا لُ ٱِ قْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَا رَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَا دَهَا وَ مَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَاۤ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَ جِهَا دٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَ بَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَ مْرِهٖ ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ
"Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-Taubah 9: Ayat 24)

Nah, didalam surat At-Taubah :24 disampaikan juga bahwa kita tidak boleh mencintai apa-apa yang ada didunia ini lebih besar dari mencintai Allah SWT, Rasulullah, dan jihad. Artinya boleh mencintai apa-apa yang kita punya saat di dunia, tetapi jangan sampai kita melupakan dan lalaikan Allah SWT, Rasulullah, dan berjuang di jalanNya. Jadi, yang harusnya kita utamakan hidup di dunia ini bukanlah duniawi melainkan lebih mengutamakan Allah SWT, Rasulullah, dan jihad.

Ingat, hidup didunia memanglah tidak bisa lepas untuk mengurusi duniawi. Seperti contoh diatas masalah mencari nafkah/harta dan mengurusi anak2. Nafkah/harta sebagai Wasilah untuk mencukupi kebutuhan di dunia dan anak-anak adalah keturunan penerus generasi yang harus diriayah. Menjemput rizki dan mengurus anak memanglah menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, serta dana. Keduanya memanglah penting, namun diluar itu ada yang lebih penting yaitu mengingat Allah SWT, beribadah kepada Allah SWT dan jihad di jalanNya. Allah SWT lah Dzat Maha Pemurah yang telah banyak memberikan kita kenikmatan-kenikmatan yang luarbiasa. Rizki, anak-anak yang lucu, keluarga, Kesehatan, dll. Maka sudah seharusnya porsi kita dalam menunaikan ibadah dan mengingat Allah SWT serta jihad harus lebih besar dari pada porsi mengurusi urusan duniawi meski mengurusi duniawi juga kewajiban kita dalam hidup ini.

Wallahua'lam bish showab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel