TIDAK ADA YANG ABADI

TIDAK ADA YANG ABADI


Oleh: Mutiara Aini

Setiap manusia, apa pun kedudukan, jabatannya, atau status sosialnya, serta takdir penciptaannya, kelak akan datang kepada mereka suatu waktu dimana mereka akan diberhentikan dalam satu batas perhentian, yakni kematian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ مَّيِّتُوْنَ ۖ
innaka mayyituw wa innahum mayyituun
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula)." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 30)

Kehidupan adalah perjalanan, masa, waktu, hari, dan tahun yang setiap makna dari kehidupan tersebut akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Taala.

Kematian pasti datang kepada setiap orang, dan tidak bisa lari atau bersembunyi. Sekalipun bersembunyi di balik benteng yang kokoh.

Patut kita renungkan pesan Nabi SAW berikut ini:

"Gunakanlah lima masa (kesempatan) sebelum tiba lima masa (kesempitan). Masa mudamu sebelum tuamu. Masa sehatmu sebelum sakitmu. Masa kayamu sebelum fakirmu. Masa luangmu sebelum sibukmu. Masa hidupmu sebelum kematianmu."

Semuanya akan kembali ketempat akhir, muara manusia yaitu kampung akhirat. Bila ajal telah tiba, manusia tidak kuasa berkat-kata. Semua akan kembali keharibaan-Nya. Digiring satu persatu tanpa ada yang terselip barang satupun.

Pulang ke akhirat tidak mengenal waktu dan usia. Tidak ada pengumuman terlebih dahulu. Tidak harus sakit, tidak menunggu tua renta. Kapanpun, dimanapun bila ajal tiba, maka saat itulah malaikat datang menjemput.

Innailaihi wa innailaihi roji'un, semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Nabi SAW berpesan agar kita banyak ingat kematian dan mempersiapkan diri menghadapinya (aktsaruhum dzikral lilmawti wa asyadduhum isti'dadan lahu), (HR. Ibnu Majah). Begitu pun tutur Beliau: “ Kafaa bilmawti waa'idzan”, (cukuplah kematian itu sebagai nasihat), (HR. Tabrani).

Hampir setiap hari kita mendengar kabar kematian atau melihat kecelekaan yang berakibat kematian, atau dengan cara bagaimana pun. Bahkan sebagian orang yang kita cintai sudah melaluinya. Namun, kita tetap takut menghadapinya.

Mengapa kita takut kematian? Paling tidak disebabkan oleh tiga hal, yakni: Pertama, berat berpisah dengan dunia. Kedua, kekurangan bekal yang akan dibawa. Ketiga, ketidakahuan akan keadaan hidup kelak di akhirat.

Dalam Kitab Hadits Matan Arba'in, Imam An-Nawawi menukilkan sebuah Hadits dari Ibnu Mas'ud ra, Nabi SAW. "Ketika Malaikat meniupkan ruh janin manusia (120 hari), ditetapkan untuk dia empat perkara: (1), ditentukan rezkinya, (2), ajalnya (umur), (3), amalnya (perkejaannya), (4), celaka atau bahagia ". (HR.Bukhori dan Muslim).

Semua itu adalah rahasia ilahi yang tidak diketahui oleh manusia. Kewajiban kita adalah ikhtiar maksimal dan berdoa sungguh-sungguh.

Kehidupan kita di dunia ini akan berakhir. Termasuk dunia ini akan hancur lebur kecuali Zat Allah yang Maha Kekal. Semua akan berakhir seiring dengan bergulirnya waktu.

Bayi dalam kandungan akan lahir. Ia akan tumbuh menjadi balita, remaja, dewasa dan tua sesuai waktu (umur) yang diberikan. Ada pula yang panjang umurnya hingga uzur, seperti kanak-kanak lagi.

Semua akan berakhir dengan kematian. Namun tidak diketahui di mana, kapan dan bagaimana. Karena itu tidak penting. Sebab, yang penting adalah dalam keadaan bagaiamana kita dipanggil Ilahi.

Kebaikan akan berbalas kebaikan (surga). Keburukan pun akan berbalas budi (neraka). Kelak, tidak akan ada lagi kezaliman (aniaya) dan ketidakadilan.

Semoga kelak Allah meringankan dan memudahkan untuk kita semua, dalam menjalani masa pengadilan yang abadi, setelah kita meninggalkan dunia yang singkat dan sebentar ini, dan semoga kita dimatikan dalam keadaan Husnul khotimah. Amiin Yaa Rabbal A’lamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel