
CHILD FREE = MENZALIMI DIRI
Sabtu, 28 Agustus 2021
Edit

Oleh: Najma Karimah
Lagi-lagi kaum feminis beraksi. Isu child free akhirnya merebak lagi. Pemikiran saya sebagai emak-emak yang awam sederhana saja, kok bisa ada orang yang lahir dari rahim seorang manusia terlintas di benaknya untuk bebas dari melahirkan dan merawat anak manusia? Bukankah mereka eksis mewarnai dunia ini karena punya orang tua yang melahirkan dan membesarkan yang notabene adalah orang tua yang tidak bebas dari anak-anak. Mereka ada karena orang tuanya dahulu anti pada child free. Jika tidak begitu, mana bisa mereka tumbuh besar dan berkoar-koar bangga dengan konsep child free di berbagai media massa dan media sosial seperti sekarang. Aneh kan? Memang luar biasa aneh.
Jika menilik berbagai pendapat di banyak media massa tentang latar belakang orang-orang yang memutuskan untuk child free di antaranya adalah karena faktor personal, finansial, dan emosional termasuk trauma pada masa lalu. Ada yang beralasan tidak ingin direpotkan dengan anak-anak dan tidak ingin merepotkan anak-anak saat menjadi lansia. Ada yang berpandangan bahwa mereka tidak memiliki kecakapan dan kemampuan untuk merawat dan mendidik anak-anak. Ada juga yang beranggapan keberadaan anak hanya akan membuat jarak antara pasangan. Maka untuk lebih mendekatkan diri dengan pasangan, mereka harus bebas dari anak-anak. Segitunya ya.
Lucunya lagi, ada yang beralasan karena seringkali melihat tempat-tempat wisata selalu ‘dihiasi’ dengan sampah bekas orang tua dan anak-anak mereka saat berkunjung. Kelahiran anak-anak dipandang akan menambah masalah lingkungan dan sebaliknya lingkungan yang semakin buruk saat ini tidak layak diperuntukkan bagi anak-anak. Oleh karena itu, sudah seharusnya dunia menentang kelahiran anak-anak. Gimana ceritanya bisa begitu? Mumet deh pokoknya.
Sementara, bagi penganut child free garis keras, prinsip bebas anak merupakan ekspresi kebebasan atas pilihan menjalani kehidupan. Biasanya golongan ini merupakan penganut feminis garis keras pula. Bahkan tak sedikit dari mereka yang anti dengan pernikahan. ‘Wow’ sekali ya ampe nyesek rasanya.
Okelah, mari kita telisik satu per satu berbagai alasan yang sekilas saja sudah tampak nyata ketidaklogisannya biar ga makin mumet dan nyesek.
Sangat jelas bahwa tidak ada kesinambungan antara masalah yang ada dengan sebab musabab yang dikemukakan serta solusi yang diputuskan. Masalah ekonomi, lingkungan, trauma masa lalu, ketidakmampuan merawat anak, kedekatan dengan pasangan, itu semua sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelahiran anak-anak. Memutuskan untuk tidak memiliki anak-anak, tidak akan membuat berbagai persoalan itu selesai dan berakhir. Pasalnya, semua masalah itu disebabkan hal lain yang jauh dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan hadirnya anak-anak dalam keluarga.
Sulitnya ekonomi hari ini, lingkungan yang rusak, pengalaman yang buruk hingga menyebabkan trauma, ketidakmampuan mendidik dan merawat anak-anak, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari pasangan, itu semua adalah persoalan yang lahir dari rahim kapitalisme. Ideologi yang menguasai dunia hari ini telah membuat kerusakan kehidupan manusia pada level akut.
Hal ini disebabkan akidah ideologi ini yang meniadakan peran agama dalam kehidupan. Agama tidak boleh hadir mengatur kehidupan. Manusia diberikan hak sepenuhnya untuk mengatur semua persoalan kehidupan. Manusia bebas memiliki apa saja yang ada di muka bumi ini. Gunung emas sekalipun. Manusia juga bebas menentukan keyakinan atas dirinya. Manusia bebas berpikir tentang apapun. Manusia bebas bertindak dan berbuat sesuka hatinya. Sepanjang itu menyenangkan dan menguntungkan, maka sah-sah saja untuk dijalani.
Dan tarrraaa, lihatlah hasilnya, dengan prinsip-prinsip kebebasan itu kemiskinan merajalela di setiap penjuru dunia, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi para kaum kapitalis merebak di seluruh kolong langit bumi, kebodohan terhadap ajaran agama melebar luas, kesetiaan pada pasangan menjadi barang mahal akibat rusaknya pergaulan, kerusakan moral dan akhlak kian menjadi, ide sesat dan menyesatkan semacam child free sendiri bebas merangsek di tengah-tengah umat. Tidak terhitung kehancuran yang disebabkan oleh penerapan kapitalisme dalam kehidupan umat manusia saat ini.
So, jika ingin bebas lepas dari berbagai masalah itu, bukan dengan cara meniadakan anak dalam kehidupan, melainkan dengan menghapus sistem kapitalisme yang rusak dan menggantinya dengan sistem yang benar dan terbaik. Seperti ketika kita membeli sepatu di toko yang ternyata kekecilan. Bukan kaki kita yang dipotong, melainkan sepatunya yang harus ditukar atau diganti dengan ukuran yang pas.
Dalam pandangan Islam anak adalah amanah. Kehadiran anak adalah rezeki sekaligus ladang pahala yang harus disyukuri. Bahkan tujuan manusia berkasih sayang di antaranya adalah untuk melestarikan keturunan. Ini sangat sesuai dengan fitrah manusia. Bila yang dirisaukan adalah soal kemampuan dalam merawat dan mendidik anak, Islam memerintahkan setiap orang yang beriman untuk menuntut ilmu. Termasuk ilmu dalam mendidik dan merawat anak-anak. Bahkan ilmu ini harus sudah dimiliki oleh setiap muslim sebelum memasuki jenjang pernikahan.
Jika manusia memutuskan berhenti memiliki keturunan, maka kepunahan manusia hanya tinggal menunggu waktu. Karena itu sangat layak dikatakan bahwa konsep child free adalah bagian dari menzalimi diri manusia sendiri.
Dalam Al-Quran Surat Yunus Ayat 44 Allah katakan bahwa:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri."
Pilihan manusia terhadap sistem kapitalisme yang menjadi biang lahirnya ide child free juga merupakan bentuk kezaliman manusia pada diri mereka sendiri. Padahal, Islam menyediakan sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem pemerintahan, dan sistem sanksi yang paripurna dan adil. Jauh dari merusak kehidupan manusia. Semua masalah menjadi clear dan tuntas dengan Islam. Tidak ada keresahan manusia yang tidak terjawab dengan Islam.
Terakhir, kepada kaum feminis yang mengagungkan dan menggaungkan child free, emak berpesan, sesungguhnya Anda sedang menganiaya dan menzalimi diri Anda sendiri. Berhentilah sebelum terlambat.
Oya, emak tidak akan membully jika sewaktu-waktu Anda menggendong bayi dan menggandeng anak-anak serta mengumumkan di media sosial bahwa begitu cintanya Anda dan pasangan pada mereka. Begitu lucu dan menggemaskannya mereka di mata Anda. Tidak sedikit kok yang begitu. Emak janji ga bully. Emak justru orang pertama yang ikut bahagia.
Jangan lupa, sebagai ungkapan syukur dan bahagia Anda karena telah berhasil mencium bau wangi bayi dan meremas pipi gembul mereka, yuk kita sama-sama berjuang agar sistem rusak kapitalisme yang sudah merusak pemikiran Anda, berganti dengan sistem yang lebih baik. Tidak lain dan tidak bukan, sistem itu adalah Islam. Setuju ya? Tos dulu!
Wallahua'lam bishowab.
Pangkalpinang, 27 Agustus 2021