PENGKADERAN ADALAH METODE DAKWAH YANG SYAR'IE

PENGKADERAN ADALAH METODE DAKWAH YANG SYAR'IE


Penulis: Abu Kayyisah

Ditengah jungkir-baliknya para politikus di masa pilkada September 2024, muncul banyak kebingungan dan kekecewaan terhadap para politisi. Sikap hipokrit dan pragmatis secara vulgar dipertontonkan dengan dalil dinamika politik. Musuh jadi kawan, kawan pun jadi musuh. Demikianlah teori “tidak ada teman dan musuh yang sejati dalam politik, yang ada adalah kepentingan abadi” kembali dipertegas oleh realitas.

Apakah itu juga terjadi dalam dunia Islam? Jawabannya tentulah tidak. Nabi SAW berjuang mengurus umat jauh dari praktek tersebut di atas. Konsistensi beliau SAW bersama para sahabat dalam memegang teguh kebenaran (al Haq), loyalitas terhadap sesama muslim, dan ketegasan terhadap musuh Islam, semuanya berjalan dalam kondisi yang konsisten. Hal tersebut juga diabadikan dalam al-Qur'an:

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ
"Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya..." (QS. Al-Fath: 29)

Lalu, bagaimana caranya menjaga konsistensi tersebut di tengah kekuatan yang lemah, sebagaimana dalih yang biasa digunakan oleh partai politik untuk berdamai dengan lawan politiknya dulu? Banyak pelajaran yang dicontohkan oleh belau SAW. Salah satunya adalah perjuangan yang didasarkan pada “pembentukan kader dakwah”, bukan semata mencari dukungan dan elektabilitas.

Perjuangan dakwah politik yang dibangun dengan pola kaderisasi akan memunculkan subjek dakwah yang kokoh dalam memegang prinsip-prinsip perjuangan. Dia tidak dapat dikalahkan oleh nafsu kekuasaan, nafsu uang, bahkan nafsu wanita. Nabi SAW membina (tastqif) para sahabat dengan keimanan (aqidah) dan ketaqwaan (syariat) hingga menjadikan ukuran kebahagiaan (as sa’adah) adalah ridha Allah dan pahala. Nabi SAW senantiasa sabar membina dan saling membersamai para sahabat hingga ruh Islam menyatu dalam kepribadian mereka.

Maka bersyukur bagi para pejuang dakwah yang telah mengikuti metode dakwah Nabi SAW dalam pembinaan dan pengkaderan tesebut. Dengan istiqomah terus belajar mengkaji Islam, mendiskusikannya, hingga mengamalkannya. Dengan tanpa lelah mereka juga mengajak khalayak untuk turut memperkuat barisan dakwah. Dengan khusyu’ mereka mengamalkan apa yang dilakukan oleh Nabi SAW ketika mendokan Umar bin Khattab agar masuk Islam dan memperkuat barisan dakwah.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
"Ya Allah, kuatkanlah Islam ini dengan Umar bin Khattab." (HR Ahmad)

Dengan pola pengkaderan, para pejuang kebenaran akan percaya diri dan teguh di jalan yang lurus tanpa dikalahkan oleh rayuan realita kekuasan/pengaruh hingga mengorbankan kebenaran dengan dalih “dinamika politik”. [].

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel